Reformasi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Perdamaian Gender

Oleh: Sabrina Pattra Luckyto (Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang)

Swarakaltim.com – Gender merupakan sebuah isu di tengah masyarakat dunia yang hadir semenjak abad ke 19 hingga saat ini. Fenomena gender menjadi isu yang tiada habisnya diperbincangkan dan terjadi. Isu didominasi oleh munculnya kejadian antara laki-laki dengan perempuan. Di Indonesia hal-hal yang melibatkan kedua gender ini masih banyak terjadi.

Kejadian kekerasan terhadap perempuan merupakan isu yang berkembang. Namun, gerakan untuk memperjuangkan hak perempuan sudah dimulai pada akhir 1800-an. Penyebabnya adalah sistem patriarki yang seolah-olah tidak pernah hilang mulai abad ke 19 hingga saat ini. Mayoritas pelaku yang menganut sistem patriarki ialah laki-laki, yakni sebrang dari gender perempuan.

Melansir dari CNN Indonesia yang mengulas data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2021, kasus kekerasan terhadap perempuan meningkat tajam hingga 26.200 terhitung mulai dari 2019. Adapun presentase 39% adalah angka yang mencapai kekerasan fisik yang dialami oleh perempuan di Indonesia. Mengapa perempuan? Penyebabnya adalah ketimpangan, yakni kunci utama ada di sistem patriarki. Interaksi yang terjadi melalui sistem patriarki menghasilkan sebuah perspektif bahwa perempuan adalah makhluk rentan yang lemah serta kekuatan perempuan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan laki-laki.

Tragis adalah penggambaran kata-kata yang dialami oleh perempuan sebagai korban kekerasan. Namun, perempuan tidak akan pernah lelah untuk membela haknya mendapatkan kesetaraan dan tidak dianggap sebagai makhluk yang lemah. Pandangan saya ketika laki-laki menjadi pelaku dapat dilihat dari sisi psikologisnya.

Pertama karena pelaku pernah melihat secara langsung tindakan kekerasan yang dialami oleh perempuan. Kedua, pelaku tidak dekat dengan sosok seorang ibu sehingga rasa menghargai terhadap perempuan tidak muncul. Ketiga, lingkungan menjadi sebuah faktor utama ketika di sekitar pelaku menindas perempuan adalah hal yang wajar karena sejatinya lingkungan menjadi sebuah rumah bagi pelaku untuk tumbuh kembang.

Melalui tulisan ini, penulis ingin meninjau bahwa transformasi konflik yang terjadi antara perempuan dan laki-laki dari bentuk kekerasan dapat menjadi sebuah solusi sebelum kekerasan terjadi. Berhubungan dengan institusi pendidikan yang didapat masyarakat Indonesia, bisa menjadi sebuah transformasi konflik. Bagaimana caranya? Pendidikan adalah faktor utama bagi sumber daya manusia untuk berkembang.

Pendidikan menjadi sebuah sarana yang penting untuk menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Menanamkan sebuah pendidikan karakter sangatlah penting bagi manusia karena dalam pelaksanaannya harus bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang termakna dari Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, lingkungan, serta kebangsaan. Karakter sendiri perpaduan dari etika, akhlak, serta moral yang menjamin kualitas tindakan manusia.

Reformasi pendidikan karakter semenjak dini dapat menjadi kunci untuk merubah keadaan konflik antar gender di Indonesia. Tujuan dari adanya pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk watak dan peradaban anak bangsa demi mencerdaskan masyarakat agar memiliki perilaku yang baik.

Membentuk institusi pendidikan dengan kualitas baik pada kurikulumnya sangatlah membantu mencegah perilaku calon pelaku dalam menjalankan kekerasan di masa depan. Cara tersebut dapat memperbaiki kualitas anak didik bangsa dengan mengembangkan potensi yang memiliki nilai dan karakter bangsa. Selain itu, mengembangkan kebiasaan serta perilaku yang terpuji sesuai dengan nilai kemanusiaan. Melalui lingkungan pendidikan yang baik di sebuah sekolah dapat membangun sebuah keadaan yang aman, jujur, rasa menghargai, sopan dan santun, serta kreativitas di tengah anak didik bangsa.

Institusi pendidikan Indonesia seharusnya menjadi sebuah pondasi yang dimiliki oleh bangsa untuk mendidik anak bangsa dengan moral yang baik. Pendidikan karakter yang telah direformasi sejatinya haruslah merata pada anak perempuan dan laki-laki. Kedua gender ini haruslah mendapatkan pendidikan karakter yang sesuai dengan norma agar saling menghargai satu sama lain sehingga dapat tercipta perdamaian.

Berkaca pada pendidikan karakter di negara maju seperti di Jepang yakni terdapat proses penanaman moral pada anak. Selain melalui pendidikan, keluarga sangat berperan besar dalam proses mendidik seorang anak. Peran perempuan yakni ibu sangatlah dibutuhkan untuk mendorong anak-anaknya untuk menciptakan keseimbangan dalam pendidikan yang tujuannya demi keberhasilan di lingkungan sosial.

Indonesia negara dengan memiliki budaya yang beragam dapat menjadi sebuah potensi besar dalam mencegah adanya kekerasan di kemudian hari. Pendidikan dan budaya yang baik dapat dikombinasikan untuk anak didik bangsa sebagai upaya terwujudnya perdamaian. Anak haruslah di didik sedini mungkin untuk mendapatkan moral yang baik.

Menurut saya, penciptaan perdamaian antara laki-laki dan perempuan dapat terwujud di kemudian hari jika pondasi awal yakni pendidikan dapat terpenuhi dengan cara yang baik serta sejalan dengan keadaan sosial yang aman.(Sk)

Loading

Bagikan: