Beda Banget : Culture Shock Jemaah Indonesia di Jazirah Arab

Swarakaltim.com – Akhir – akhir ini gegar budaya atau yang populer dengan istilah culture shock menjadi buah bibir bagi mereka yang baru saja menjalankan ibadah haji maupun umrah. Culture shock sendiri adalah perasaan di mana seseorang merasa tertekan serta terkejut ketika berhadapan dengan lingkungan dan budaya baru.  Culture shock disebabkan oleh kecemasan yang ditandai dengan hilangnya semua tanda dan simbol hubungan sosial yang dikenal oleh masyarakat. Perilaku tersebut terlihat dari cara manusia dalam mengorientasikan diri pada kehidupan sehari-hari. Masa kini, isyarat seperti kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, kebiasaan, dan norma yang telah diajarkan kepada kita sejak sekolah dasar merupakan bagian dari budaya masyarakat.

Back to the topic, mereka yang telah menjalankan ibadah umroh dan haji biasanya mengalami culture shock mengenai budaya dan kebiasaan di tanah Arab. Beberapa pengalaman dan fenomena yang mengejutkan mereka diantaranya:

  • Wanita yang sholat tanpa mengenakan mukena

Pengalaman Gegar Budaya atau Culture Shock yang satu ini banyak dialami oleh orang Indonesia saat melihat wanita di Arab yang tidak mengenakan mukena saat menunaikan ibadah sholat. Berbeda dengan wanita Indonesia yang selalu menggunakkan satu set mukenah saat sholat, wanita Arab hanya mengenakan pakaian yang biasanya mereka pakai dalam kegiatan sehari – hari yang berupa pakaian tertutup seperti gamis dan jilbab yang berwarna gelap.

“saya kaget begitu mau dzuhur-an kok yang pakai mukena sedikit aja gitu, oh pas saya lihat-lihat lagi kebanyakan yang pakai mukena itu haji dari Indonesia aja terus yang solat ga pakai mukena banyak orang arab saya lihat, mereka pakai itu aja kayak baju hitam jilbabnya panjang gitu nah” Ucap Ruhaena (8, Desember 2023).

  • Tidak ada kotak amal di masjid

Masjid maupun musholla di Indonesia umumnya menyediakan kotak amal di sudut-sudut maupun pada pintu masuknya. Namun hal ini berbanding terbalik dengan Masjid yang ada di kota Mekkah dan Madinah. Kita tidak akan menemukan satupun masjid yang menyediakan kotak amal. Banyak jamaah yang berasal dari Indonesia kebingungan atas tidak adanya kotak amal ataupun kotak infaq. Bukan tanpa alasan, infaq sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia saat menunaikan ibadah di masjid maupun musholla.

“disini gaada kotak amal jadi biasanya kalo mau sedekah paling sedekahnya dalam bentuk kasih ke petugas bersih-bersih, nah ini juga saya taunya dari temen-temen saya yang udah haji dan om saya yang sudah beberapa kali juga kesini.” ujar Ridwan (8, Desember 2023)                                                                                                   

  • Toko – toko dan pasar yang mendadak kosong saat adzan dikumandangkan.

Pada pusat perbelanjaan ataupun pasar di Indonesia keadaan  hiruk pikuk dan ramai tanpa henti merupakan keadaan yang lazim. Namun berbeda seratus delapan puluh derajat dengan yang terjadi di Jazirah Arab.  Pada saat adzan dikumandangkan, pasar maupun pusat perbelanjaan akan mendadak sepi. Bahkan para penjaga toko pun meninggalkan lapaknya untuk menunaikan sholat. Hal ini cenderung mengejutkan orang Indonesia, yang cenderung mengkhawatirkan dagangan mereka yang ditinggalkan begitu saja. Namun, pedagang di Arab tampaknya memiliki level kepercayaan dan keikhlasan yang tinggi untuk meninggalkan dagangan dan toko mereka begitu saja demi menjalankan ibadahnya.

  • Lantai Masjidil Haram yang dingin

Orang Indonesia juga kerap dikagetkan dengan lantai Masjidil Haram yang tidak panas walaupun tidak beratap. Banyak dari jamaah yang sudah menyiapkan diri karena melihat kondisi lantai yang luas dan langsung terpapar teriknya sinar matahari. Terlebih lagi paparan sinar matahari di Negeri Arab yang jauh lebih menyengat daripada paparan sinar matahari di Indonesia membuat orang-orang memiliki persepsi bahwa lantai masjid tanpa atap tersebut akan menyengat begitu mereka menginjakkan kaki mereka.

“saya kira bakal terik panas banget kan, makanya saya sama tante ena bawa kaos kaki tapi ternyata sampai sana beneran sejuk lantainya aja dingin juga gaada panas sama sekali didalam” lanjut Ridwan.

Sebagian orang mengira, bahwa terdapat AC di bawah lantai yang membuatnya tetap sejuk. Namun informasi itu salah. Presidensi Umum Urusan Dua Masjid Suci mengatakan bahwa alasan utama lantai Masjidil Haram tetap sejuk adalah karena menggunakan bahan marmer khusus yang berjenis Thassos.

  • Di Arab Saudi, kuburan tidak diberikan kijing dan hanya menggunakan batu nisan sederhana.

Di Indonesia, lazimnya pemakaman memiliki kijing yang beragam. Kijing sendiri adalah bangunan diatas makam. Rupanya beragam mulai dari yang mewah hingga yang sederhana. Ada yang mirip batu berundak, bahkan ada juga yang menyerupai rumah kecil di atas makam. Namun hal ini tidak dapat ditemukan di Arab. Makam disana hanyalah makam biasa yang ditandai dengan sebuah batu kecil nan sederhana sebagai nisannya. 

Kesimpulannya, mengalami culture shock di tanah Arab dapat  menjadi kesempatan belajar dan mendapat pengalaman baru. Jika kita dapat menyikapi segala sesuatu yang baru dan berbeda sebagai kesempatan belajar dengan mengubah pandangan kita terhadap perbedaan budaya, kita dapat lebih mudah memahami kebiasaan dan budaya yang berlaku di lingkungan tersebut. Selain itu, pengalaman-pengalaman mengejutkan yang dialami selama berada di tanah Arab juga merupakan sebuah peluang untuk memperluas pemahaman dan pengalaman kita dalam berinteraksi dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda serta dapat membuka wawasan dan memperkaya pengalaman hidup kita.(*/dho)

Penulis :

  1. Irnanda Aprillianni Muslim
  2. Talitha Shaka Mutiara
  3. Puan Achmad Alisyahbuni

Status : Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman

Loading

Bagikan: