SAMARINDA, Swarakaltim.com – Progres normalisasi Sungai Karang Mumus (SKM) Kota Samarinda hingga tahun anggaran 2021 sebesar 56,34 persen dengan panjang normalisasi 10.087 meter dari total panjang sungai 17.904 meter. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan atas adanya lahan-lahan kosong, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda bersama lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait hingga organisasi yang peduli lingkungan melaksanakan Rembuk Kota dengan tema Penataan dan Penghijauaan Pasca Normalisasi SKM.
Diawali dengan menyusuri SKM, rembuk dilaksanakan di bantaran SKM, tepatnya di Perumahan Griya Mukti Sejahtera RT 6 Kelurahan Gunung Lingai, Kecamatan Sungai Pinang, Selasa (11/1/2022) pagi. Rembuk itu membahas rencana penataan dan aksi penghijauan hingga objek wisata air berbasis masyarakat.
“Bersyukur pada hari ini semua pemangku kepentingan menyadari, memiliki perhatian dan kepedulian terhadap Sungai Karang Mumus. Narasumber juga keren betul. Karang Mumus ini adalah sumber kehidupan, sehingga harus memperhatikan ekologinya,” ucap Wakil Wali Kota (Wawali) Samarinda Rusmadi menyimpulkan seusai Rembuk.
Rusmadi mengatakan hal penting dan utama adalah setelah dilakukannya normalisasi, segera mengembalikan alam dengan melakukan penghijauan dan daerah-daerah terbuka secepatnya dimanfaatkan.
“Tadi gagasan dari Pak Syafruddin Pernyata keren, potensi untuk dijadikan wisata air. Kami Pemerintah Kota mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak, terutama warga di mana sungai sudah semakin bersih saat kita susuri tadi,” ungkap Rusmadi yang juga Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Samarinda itu.
Ia mengatakan mulai Masjid Babul Hafazah sampai Lempake Tepian juga sungainya sudah bersih dari sampah. “Kenapa kita tidak mengembalikan seperti dulu. Karena saya besar di Sungai Karang Mumus, bagaimana dulu mandi di sini dan bermain di sini. Memang tidak mudah mengembalikan seperti dulu. Paling tidak mengembalikan sebagai sumber kehidupan, ruang kehidupan, dan mengembalikan fungsinya,” tegas Rusmadi yang juga ketua Ikapakarti dan IKA Fakultas Pertanian Unmul ini.
Sebelumnya, Narasumber dari Pemerhati Pariwisata Syafruddin Pernyata yang mengupas tentang Merubah Sungai Tong Sampah Besar Menjadi Destinasi Wisata mengatakan pemerintah pusat, provinsi, dan kota sudah melakukan berbagai upaya normalisasi, tetapi tidak sampai berhenti di sini. Namun harus diberi nilai tambah karena sungai adalah pusat kehidupan dan keindahan.
“Supaya indah dikasih dengan pariwisata. Misalnya membangun dermaga harus bernuansa wisata, bikin perahu juga bernuansa wisata. Ada jarak sekitar 1,5 kilometer saat kita susuri, kalau dijadikan destinasi wisata susur sungai dengan kearifan lokal bisa menjadi destinasi wisata andalan kota di samping Sungai Mahakam,” kata mantan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim ini.
Menurutnya, jarak 1,5 kilometer yang potensial tadi sungainya lebar, tepian kiri kanan masih kosong. Kehendak Wawali Rusmadi agar dimanfaatkan sebagai destinasi wisata sangat rasional dan justru punya nilai tambah daripada sekadar dihijaukan.
“Wisata tidak berlawanan dengan penataan tepian sungai, kelestarian, maupun perlindungan atau konservasi. Pariwisata itu dikembangkan dengan memperhatikan keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, kerapian agar memberi kenangan yang indah sebagai kita kenal dengan istilah Sapta Pesona,” terang mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltim ini.
Apalagi lagi lanjut dia, Allah melukiskan di bawah surga itu mengalir sungai-sungai. “Artinya apa? Secara tersirat sungai adalah sumber kehidupan yang indah yang dipenuhi pepohonan, termasuk pohon buah. Jadi kalau mengotori sungai sama dengan merusak sumber kehidupan dan keindahan,” tegas Owner Shalma Shofa ini.
Sementara aktivis lingkungan yang juga Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSSSKM) Misman menyampaikan agar SKM dibagi tiga zona, mulai zona pariwisata, zona fishing ground atau tempat memancing, dan konservasi. Adapun narasumber lainnya dari Aktivis Lingkungan Sungai dan Danau Mislan, Kasiter Kasrem 091/ASN Letkol Inf Sumarman tentang pentingnya merawat sungai sebagai sumber kehidupan dan kemajuan kota, Kepala Dinas PUPR dan Pera Aji Muhammad Fitra Firnanda tentang normalisasi SKM; progres dan masalah, Kepala BPPW Kaltim Sandhi Eko Purnomo (Penataan Sempadan Sungai, Perspektif kota sungai), BWS Kaltim (Konservasi dan Perlindungan Sempadan Berbasis Masyarakat), Kepala Bidang Prasarana Wilayah Bappeda Samarinda Wahyuni Nadjar (Sempadan Sungai dan Ruang Terbuka Hijau sebagai Land Mark Kota). Tak tertinggal pula Lurah Gunung Lingai Joni dan Camat Sungai Pinang Siti Nurhasanah menyampaikan pemaparan mereka. (dho)