BALIKPAPAN, Swarakaltim.com – Pemerintah Kota Balikpapan berharap program Desa Cantik (Desa Cantik Statistik) untuk tahun 2025, tidak hanya menjadi objek pendataan. Namun dapat aktif dalam mengelola informasi. Demikian diungkapkan Wakil Walikota Balikpapan Bagus Susetyo usai pencanangan dan sosialiasi Program Desa Cantik di Aula Kantor Kelurahan Gunung Samarinda Baru, Rabu (11/6/2025).
Program Desa Cantik merupakan inisiatif nasional dari BPS yang bertujuan meningkatkan kapasitas aparatur desa dalam mengelola, memahami, dan memanfaatkan data statistik sektoral untuk mendukung pembangunan desa yang terarah, efisien, dan akurat.
“Melalui program ini, desa tidak lagi sekadar menjadi objek pendataan. Tetapi mulai menjadi pelaku aktif dalam mengelola informasi. Ini penting, karena setiap kebijakan yang akurat selalu berangkat dari data yang valid,” katanya.
Bagus menjelaskan, untuk pembangunan yang efektif tidak bisa dilepaskan dari data yang kuat di level paling dasar. Yaitu desa atau kelurahan.
“Kemampuan dalam menyusun dan membaca data sektoral seperti kependudukan, potensi wilayah, dan indikator pembangunan sangat krusial untuk mendukung Satu Data Indonesia, sebagaimana digariskan dalam agenda pembangunan nasional,” katanya.
Bagus menjelaskan, peserta mendapatkan pembekalan terkait konsep dasar Desa Cantik, teknik pengumpulan dan pengolahan data, serta penggunaan aplikasi statistik desa kelurahan yang akan menjadi alat bantu utama dalam program ini. Aplikasi tersebut nantinya menjadi jembatan antara desa dan sistem informasi nasional.
Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur, Yusniar Juliana, yang turut hadir dalam kegiatan ini menjelaskan bahwa sejak 2021, sebanyak 59 desa di Kalimantan Timur telah tergabung dalam program ini, dan menunjukkan progres yang signifikan dalam manajemen data desa.
“Dengan data yang rapi, desa bisa mengetahui apa yang mereka miliki, apa yang kurang, dan ke mana arah pembangunan seharusnya dilakukan. Ini bukan sekadar data, tetapi peta jalan menuju desa yang mandiri dan adaptif,” jelas Yusniar.
Yusniar mengaku, banyak tantangan yang masih dihadapi desa dalam hal pengelolaan data, mulai dari keterbatasan tenaga ahli, hingga rendahnya kesadaran terhadap pentingnya statistik. Karena itu, program ini bukan hanya pelatihan teknis, tetapi juga edukasi menyeluruh.
Program Desa Cantik bukanlah inisiatif seremonial, melainkan langkah konkret dalam meningkatkan tata kelola pemerintahan desa. DPMD memastikan bahwa desa-desa yang terlibat akan dibimbing secara intensif, termasuk dalam hal penggunaan perangkat lunak, pelaporan digital, dan sinkronisasi data dengan sistem kabupaten dan nasional.
Dalam sesi diskusi terbuka, beberapa kepala desa menyampaikan antusiasmenya terhadap program ini. Kelurahan Teritip, misalnya, menyampaikan bahwa selama ini data yang dikumpulkan masih sangat manual dan sering tidak terintegrasi antarinstansi. Dengan program ini, mereka berharap data menjadi alat bantu utama dalam menyusun rencana kerja desa dan anggaran tahunan.
“Kami sering kesulitan membuat kebijakan karena tidak punya data yang lengkap. Dengan pelatihan dan alat yang tepat. Kami yakin bisa lebih mandiri dan profesional,” ujarnya.(*/pr)