Banjir Lebaran, BWS Sebut Luas Genangan 14,429 Km2

Banjir Lebaran, BWS Sebut Luas Genangan 14,429 Km2
Banjir Lebaran, BWS Sebut Luas Genangan 14,429 Km2

Loading

“Meningkat 35 Persen, Pasang Mahakam Capai 2,2 Meter”

SAMARINDA, Swarakaltim.com – Banjir yang melanda sebagian wilayah di 4 kecamatan 11 kelurahan di kota Samarinda, propinsi Kalimantan Timur pada lebaran Idul Fitri 1441 H/2020 M baru-baru ini, ternyata berdasarkan analisa Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Kementerian PUPR sesuai rekonstruksi banjir tanggal 23-25 Mei 2020 di DAS Karangmumus, terjadi peningkatan luas genangan hampir 35 persen.

Kepala BWS Kalimantan III Anang Muchlis menyampaikan bahwa luas genangan pada banjir Mei 2020 mencapai 14,429 Km2, sementara di Juni tahun 2019 genangannya 10,97 Km2 dan Januari 2020 mencapai 9,57 Km2.

Ia menjelaskan, berdasarkan kejadian hujan tanggal 22-23 Mei 2020 telah dilakukan rekonstruksi debit banjir yang masuk bendungan Lempake Kota Samarinda.

Hasil rekontruksi itu, sebut Anang hidrograf banjir masuk waduk Lempake dengan debit puncak banjir sebesar 195,55 m3/dt, sementara dengan fasilitas pengeluaran waduk berupa dua pelimpah seperti tersebut di atas, debit puncak banjir pada elevasi +8,27 atau 107 cm di atas pelimpah 84,13 m3/dt.

“Dari analisa penelusuran banjir juga diketahui volume limpasan keluar waduk Lempake selama 72 jam sebesar 5,5 Juta meter kubik. Mencermati data tersebut dari segi keamanan bendungan Lempake masih cukup aman, karena masih terdapat jagaan setinggi 1,63 m,” ucap Anang didampingi Kepala Satker Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Kaltim Zulfi Fakhroni.

Namun demikian dengan melihat kondisi tinggi muka air di hilir bedungan Lempake yang cukup tinggi, maka diindikasikan diantaranya kapasitas alir sungai Karangmumus di hilir bendungan Lempake tidak mampu, kemudian ada pembendungan akibat pertemuan debit banjir dari sungai Muang dan limpasan dari pelimpah tambahan/darurat yang tepat berada di hilir peredam energi pelimpah utama Lempake, sehingga menyebabkan banjir di daerah Muang Dalam.

“Untuk genangan banjir di daerah Betapus (lahan irigasi) akibat terbendungnya aliran sungai Karangmumus oleh Talang Baja saluran Irigasi yang melintas alur sungai Karangmumus, sehingga muka air Karangmumus naik dan masuk melalui anak sungai Karangmumus di hulu Talang Baja Irigasi ke kawasan Betapus,” katanya.

Sedangkan genangan di kawasan Bengkuring, terjadi dikarenakan adanya limpasan debit banjir sungai Karangmumus masuk melalui daerah rendah bantaran sungai Karangmumus yang saat ini belum dilindungi tanggul, sementara hujan lokal di kawasan Bengkuring tidak terlalu nyata mempengaruhi genangan di kawasan Bengkuring seperti pada peristiwa Mei 2020.

“Begitu pula genangan di kawasan Griya Mukti, terjadi dikarenakan adanya limpasan debit banjir sungai Karangmumus masuk melalui daerah rendah bantaran sungai Karangmumus yang saat ini belum dilindungi tanggul atau terdapat kurang lebih 500 meter lokasi yang belum bertanggul, sementara hujan lokal dari hulu Gunung Lingai menambah beban genangan banjir di kawasan Griya Mukti,” katanya lagi.

Faktor lain yang diindikasikan sebagai pemicu genangan, lanjutnya bahwa pada tanggal 23, 24, 25 Mei telah terjadi pasang naik di sungai Mahakam, yang merupakan muara dari sungai Karangmumus. Pasang naik tinggi di sungai Mahakam mencapai +2,2 m, terjadi sekitar jam 07.00 pada tanggal tersebut.

“Akibat pasang naik ini maka debit yang dari sungai Karangmumus masuk ke Mahakam terbendung, sehingga genangan yang terjadi semakin lama untuk turun,” urainya.

Dikatakannya, pasang naik sungai Mahakam yang mempengaruhi kenaikan muka air di sungai Karangmumus juga berakibat genangan di daerah Jl. Pemuda, Jl. Achmad Yani, Jl. Remaja, Jl. Gelatik dan sekitarnya (dikenal dalam sistem drainase Kota Samarinda sebagai sistem SEMANI).

Menurutnya, tergenangannya kawasan sistem SEMANI ini karena kawasan ini mempunyai elevasi rata-rata +2,00 m, sehingga hanya karena pasang naik setinggi +2,30 m maka sistem SEMANI akan terdampak genangan banjir.

Ia mengatakan juga lama waktu genangan di kawasan Bengkuring, Griya Mukti dan Betapus, selain dipengaruhi lamanya penurunan debit di Waduk Lempake juga dikarenakan saluran pembuang yang ada di kawasan tersebut sangat kecil, sehingga saat air sungai Karangmumus mulai turun pengurasan genangan di kawasan tersebut akan memakan waktu cukup lama, karena air harus antri untuk melewati saluran pembuang yang relatif kecil.

Sedang genangan yang terjadi di Jl Dr. Sutomo dan Kawasan Simpang 4 Lembusuwana sebutnya lebih disebabkan oleh naiknnya muka air Karangmumus karena kapasitas alur yang tidak mencukupi dan hujan lokal. (dho)