Keindahan Multikulturalisme: Upacara Pernikahan Dalam Adat Jawa

 Penulis: Chessa Chivansky Riberu Dan Ikke Rizka

(Mahasiswa Ilmu Komunikasi A Angkatan 2022 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman)

Swarakaltim.com – Pernikahan, sebagai momen sakral, menjadi perayaan tidak hanya pribadi tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Keberagaman budaya yang kaya tercermin dalam tradisi pernikahan adat Jawa. Upacara ini menggambarkan keindahan multikulturalisme, di mana setiap tahapan memiliki makna filosofis mendalam. Dari siraman hingga prosesi wijikan, setiap ritual mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, penghormatan, dan keintiman. Pernikahan adat Jawa menjadi wujud harmoni antaragama dan budaya. Dalam setiap langkahnya, tradisi ini tidak hanya merayakan persatuan dua individu tetapi juga warisan budaya yang memperkaya perjalanan hidup bersama.

Keunikan Adat Jawa dalam Pernikahan

Adat Jawa dalam pernikahan memiliki ciri khas unik dengan setiap tahapan upacara yang sarat simbol dan makna filosofis. Upacara “Wijikan” menjadi langkah awal yang menonjolkan pembersihan spiritual dan fisik. Sang istri mencuci kaki suaminya dengan air bunga, menciptakan simbolisme akan kesucian dan kesejatian sebelum memulai perjalanan kehidupan baru. “Midodareni,” malam penuh doa dan kesyukuran, menandai persiapan rohaniah menuju pernikahan. Dalam setiap langkah, adat Jawa tidak hanya merayakan ikatan pernikahan, tetapi juga menghormati nilai-nilai spiritual dan tradisi, menciptakan pengalaman yang mendalam dan penuh makna bagi pasangan yang bersatu.

Pelibatan Nilai-Nilai Multikultural

Keunikan adat Jawa dalam pernikahan terpancar melalui kemampuannya untuk merangkul nilai-nilai multikultural. Dalam upacara pernikahan Jawa, terjadi kolaborasi harmonis antara unsur-unsur Hindu-Buddha dan Islam. Sebagai contoh, tata cara upacara “Sungkem” memadukan unsur kesyukuran kepada Tuhan dengan pemberian penghormatan kepada orang tua. Momen ini tidak hanya menciptakan ikatan spiritual dengan Tuhan, tetapi juga memupuk rasa hormat terhadap leluhur dan orang tua. Keseluruhan prosesi pernikahan menjadi simbol keharmonisan antaragama, menyoroti pentingnya toleransi sebagai dasar dalam membangun hubungan yang langgeng dan harmonis di tengah keragaman budaya.

Simbolisme Kostum dan Tatanan Pernikahan

Pakaian adat Jawa, seperti kebaya dan beskap, bukan sekadar penutup tubuh, melainkan pemikat simbolis makna dan budaya. Warna-warna yang dipilih dalam kebaya, seperti merah yang mencerminkan keberanian dan cinta, bukan hanya estetika, tetapi juga membawa pesan mendalam. Misalnya, merah mencitrakan semangat dan tekad dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Hiasan-hiasan seperti “sirung” juga turut menyampaikan pesan filosofis; simbol keabadian dan keharmonisan dalam ikatan pernikahan. Setiap elemen dalam pakaian adat menjadi cermin nilai-nilai yang terpatri dalam budaya Jawa, menciptakan pakaian yang bukan hanya memikat mata, tetapi juga merayakan warisan budaya dan makna yang mendalam.

Pergeseran Nilai dalam Era Modern

Dalam perjalanan waktu, beberapa aspek adat Jawa pernikahan mengalami transformasi seiring perubahan zaman. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa evolusi tersebut tidak menyiratkan kehilangan esensi atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sebaliknya, perubahan ini bisa dianggap sebagai bentuk adaptasi cerdas terhadap tuntutan zaman. Meskipun beberapa tradisi mengalami penyederhanaan atau penyesuaian, kekayaan kultural adat Jawa tetap terjaga. Ini mencerminkan ketangguhan budaya yang mampu beradaptasi sambil mempertahankan akar tradisionalnya. Dengan demikian, perubahan tersebut tidak hanya menyegarkan, tetapi juga meresapi adat Jawa dengan makna yang tetap relevan dalam kerangka keberagaman dan kemajuan zaman.

Kesimpulan

Pernikahan dengan adat Jawa tidak hanya sekadar ikatan dua individu, tetapi juga perpaduan harmonis antara budaya dan agama. Keunikan upacara, simbolisme, dan tata cara pernikahan menunjukkan keindahan multikulturalisme yang ada di Indonesia. Dalam pernikahan adat Jawa, kita dapat melihat bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan sumber kekayaan budaya yang dapat mengukuhkan hubungan dan memperkaya kehidupan berumah tangga.(*/dho)

Loading

Bagikan: